Ketergantungan pada pestisida kimia telah lama menjadi pedang bermata dua dalam sektor pertanian: efektif membasmi hama, namun berdampak buruk pada lingkungan, kesehatan konsumen, dan ekosistem tanah. Solusi yang semakin populer dan berkelanjutan adalah pengendalian hama hayati, atau yang dikenal sebagai Perang Biologis. Metode ini memanfaatkan musuh alami hama—seperti predator, parasitoid, dan patogen—untuk menjaga populasi hama di bawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Perang Biologis adalah strategi cerdas yang bekerja selaras dengan alam, bukan melawannya, sehingga menghasilkan produk pertanian yang lebih aman dan ekosistem yang lebih sehat.
Prinsip utama dari Perang Biologis adalah memperkenalkan atau meningkatkan populasi musuh alami di lingkungan pertanian. Contoh paling umum adalah penggunaan tawon parasitoid Trichogramma untuk mengendalikan hama penggerek batang padi. Tawon ini tidak membunuh hama secara langsung, melainkan menyuntikkan telurnya ke dalam telur hama, sehingga larva tawon yang menetas akan memakan hama dari dalam. Setelah tawon dilepaskan di sawah (misalnya, pada awal musim tanam di bulan Oktober), populasi hama dapat dikelola secara efektif tanpa meninggalkan residu kimia berbahaya pada tanaman.
Perang Biologis juga mencakup penggunaan patogen, seperti jamur Beauveria bassiana atau bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Patogen ini secara spesifik menyerang serangga hama, menyebabkan penyakit yang mematikan bagi hama, tetapi tidak berbahaya bagi manusia, hewan, atau tanaman. Keunggulan dari pendekatan ini adalah spesifisitasnya. Bt misalnya, sangat efektif melawan larva kupu-kupu dan ngengat (ulat), tetapi tidak membunuh serangga menguntungkan seperti lebah penyerbuk. Penerapan patogen ini biasanya dilakukan melalui penyemprotan larutan pada sore hari, sekitar pukul 17.00, untuk menghindari degradasi UV yang cepat.
Penerapan Perang Biologis harus didukung oleh konsep Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), yang menggabungkan berbagai teknik untuk meminimalkan intervensi kimia. Petani harus melakukan pemantauan hama secara rutin (misalnya, setiap hari Jumat) untuk menentukan ambang batas yang tepat sebelum musuh alami dilepaskan. Petugas penyuluh pertanian dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kabupaten Sleman, pada tanggal 12 April 2024, mengedukasi petani bahwa keberhasilan Perang Biologis memerlukan pemahaman mendalam tentang siklus hidup hama dan musuh alaminya. Meskipun hasilnya mungkin tidak seinstan pestisida kimia, pengendalian hayati menawarkan solusi jangka panjang, berkelanjutan, dan aman bagi lingkungan, yang merupakan masa depan pertanian modern.