Budidaya lebah tanpa sengat, atau dikenal sebagai lebah Trigona (lokal sering disebut lebah klanceng), telah menjadi tren agribisnis yang menarik perhatian banyak petani di Indonesia. Daya tarik utama adalah Peluang Penghasilan Tinggi yang ditawarkan dari produk utamanya: madu klanceng yang asam manis dan kaya manfaat, serta propolis, substansi resin yang sangat dicari di pasar kesehatan. Berbeda dengan lebah Apis yang memerlukan penanganan khusus karena sengatannya, budidaya Trigona relatif lebih mudah dan dapat dilakukan di lahan sempit, bahkan di pekarangan rumah, menjadikannya usaha yang sangat inklusif.
Madu klanceng memiliki ciri khas rasa asam yang membedakannya dari madu lebah biasa. Rasa unik ini disebabkan oleh lebah Trigona yang menyimpan madunya dalam kantung-kantung kecil yang terbuat dari propolis. Secara nutrisi, madu klanceng dikenal memiliki kandungan antioksidan, terutama flavonoid, yang jauh lebih tinggi dibandingkan madu dari lebah bersengat. Inilah yang mendorong harganya di pasaran menjadi premium. Rata-rata harga madu klanceng di tingkat pengecer dapat mencapai Rp 200.000 hingga Rp 350.000 per kilogram, jauh di atas harga madu Apis melifera komersial. Memahami kualitas premium inilah kunci untuk Peluang Penghasilan Tinggi dari budidaya ini.
Namun, daya tarik sebenarnya dari budidaya Trigona terletak pada propolis. Propolis adalah campuran getah pohon yang dikumpulkan lebah dan dicampur dengan air liurnya. Lebah menggunakannya untuk menambal sarang, menjadikannya antiseptik alami yang kuat. Propolis klanceng dihargai sangat mahal di industri farmasi dan suplemen kesehatan karena dipercaya memiliki konsentrasi senyawa aktif yang lebih tinggi. Propolis dapat dipanen langsung dari dinding sarang kotak lebah (stup) dan dijual dalam bentuk mentah. Menurut data yang dirilis oleh Asosiasi Peternak Lebah Nusantara pada 5 Maret 2025, rata-rata harga propolis mentah dari Trigona bisa mencapai Rp 800.000 hingga Rp 1.500.000 per kilogram, menawarkan Peluang Penghasilan Tinggi yang signifikan.
Untuk mengoptimalkan hasil, peternak harus fokus pada perawatan lahan yang mendukung. Lebah Trigona adalah penyerbuk yang sangat efisien dan membutuhkan sumber nektar dan resin yang beragam. Peternak disarankan menanam berbagai tanaman sumber pakan di sekitar lokasi budidaya, seperti air mata pengantin, bunga matahari, dan pohon mangga atau jambu. Semakin beragam pakan yang tersedia, semakin kaya nutrisi dan aroma madu yang dihasilkan.
Penting juga untuk mencatat bahwa budidaya Trigona relatif cepat menghasilkan. Peternak yang membeli koloni awal (sekitar Rp 400.000 – Rp 800.000 per koloni) dapat mulai memanen madu dalam waktu 3 hingga 4 bulan, dengan rata-rata panen 2-3 kali setahun, tergantung kondisi bunga. Dengan manajemen yang baik dan kontrol kualitas pasca panen yang higienis, budidaya lebah klanceng telah terbukti menjadi model agribisnis yang menjanjikan, menyediakan Peluang Penghasilan Tinggi yang berkelanjutan bagi masyarakat perdesaan dan perkotaan.